8.12.13

L I F E !

Weekend ini diawali dengan kencan bersama Z, seorang sahabat dari masa SMA lalu diakhiri dengan email panjang dari K, sahabat di masa kuliah. Keduanya berhasil membawa saya pada kesimpulan manis soal aspek cita dan cinta di kehidupan.

Ada satu episode Doraemon dimana Nobita ingin jadi seseorang yang 'lebih'. Kita semua tahu, Nobita tidak kuat, tidak pintar, juga tidak tampan. Doraemon pun mengeluarkan satu alatnya yang (seingat saya) memiliki tiga tuas dengan petunjuk angka disampingnya. Di masing-masing tuas diberi label (A) Kekuatan, (B) Kecerdasan, dan (C) Ketampanan. Nobita senang dong pastinya, karena hanya dengan menaikkan tuas, bimsalabim abrakadabra dia berubah! Ini episode favorit saya di Doraemon. Saya sudah coba browsing tapi belum ketemu juga videonya. Mungkin lain waktu akan saya tambahkan jika sudah ketemu. Nah, dari kepingan-kepingan ingatan yang ada saya coba bagi disini, semoga tidak meleset jauh haha..

Jadi, alat yang Doraemon pinjamkan itu, mengingatkan saya pada Tuhan dan sistem ciptaan-Nya bernama Kehidupan dengan cara kerjanya yang Maha Adil. Ketika Nobita ingin lebih kuat dari Giant, dia menarik tuas (A) sampai ke angka tertinggi. Dia sadari atau tidak, tuas (B) dan (C) otomatis turun ke angka terendah. Nobita menjadi yang paling kuat, namun dia (semakin) bodoh dan wajahnya (semakin) tidak menarik. Kenapa saya sematkan kata 'semakin'? Karena keadaannya lebih buruk dari Nobita semula. Begitu pula saat dia ingin lebih pintar dari Dekisugi dan menaikkan tuas (B) sampai angka teratas. Tuas-tuas lainnya pun bergerak menuju angka 0. Dia jenius, tapi (semakin) lemah dan (semakin) buruk penampilannya.

Nobita ganteng! Puncak kelucuan di episode yg saya bahas ini.

Ketiga tuas itu pada awalnya berada di tengah-tengah meteran angka, menunjuk ke angka yang sama, persentase yang sama. Seakan-akan menyatakan bahwa, Nobita, kamu bukan yang terkuat tapi kamu memiliki kekuatan, kamu bukan seseorang yang jenius tapi kamu memiliki kecerdasan, dan kamu bukan yang paling tampan tapi kamu tidak buruk :)

Di kehidupan kita, sepertinya ada banyak sekali tuas ya, jauh lebih kompleks dari alat Doraemon dengan tiga tuasnya itu. Kita diberi 'modal' yang sama besar untuk hidup di dunia ini. Modal itu berwujud zat yang beragam, beda manusia beda takaran, itulah yang membuat kita jadi manusia dengan komposisi sifat yang berbeda-beda. Tuas kita semua sama namun angka yang ditunjuk di meterannya berbeda-beda. 


Yang jadi perhatian saya adalah adanya manusia yang ngotot berhasil a.k.a sukses di semua aspek. Sukses itu relatif, layaknya selera pribadi, namun seringnya sukses itu baru terasa ketika ada orang lain yang mengakui kalau kita sukses, jadi suksesnya dinilai dari sesuatu yang kasat mata, yang berwujud, sehingga bisa dan pantas dibanggakan.

Kembali lagi ke banyak tuas yang ada di super machine ciptaan Tuhan. Ada tuas seperti kekayaan, kesehatan, ketenaran, wibawa, ada juga tuas untuk keteguhan, loyalitas, kesabaran, dan atau cinta. Dua kali dalam sehari mendengarkan curhatan soal cita dan cinta, ditambah bergelut dengan keresahan diri sendiri, saya sadari manusia tenggelam di kehidupan yang lebih menuntut kita pada penampilan. Ingin terlihat sukses. Ingin + terlihat + sukses. Maka penilaian kesuksesan itu sendiri pun berputar di sekitar tuas yang itu-itu saja. Kemampuan yang sesungguhnya di-nomor-sekian-kan, nila-nilai yang seharusnya dihargai pun meluntur.

Kedua teman saya tadi sedang mengalami ujian mengenai bab: nilai-nilai yang terlupakan. Semoga mereka berhasil melaluinya. Saya cuma bisa sampaikan ini pada mereka, Tuhan gak pernah memaksa kita untuk sukses lho. Beliau hanya mengamati kita, menjaga kita lewat super machine tsb, agar menjalani hidup dengan baik. Gak akan ada yang luput dan terlewatkan dari-Nya karena kehidupan kita (akan dan sudah) berjalan dengan cara yang adil. Tuas-tuas tersebut selalu bergerak otomatis, menyesuaikan jika ada tuas yang ditarik lebih tinggi atau berdiri sejajar jika memang semua tuas dibiarkan sama tinggi :)

No comments: