3.6.14

Ke+Sederhana+An

Seringnya, yang direncanakan jauh hari dan masak-masak begitu mudahnya batal. Lucunya, yang tiba-tiba lewat bimsalabim tanpa perlu pikir njelimet, kun fayakun ("jadilah!" lalu jadilah ia). Seperempat abad lebih saya hidup, kejadian sederhana macam ini sering sekali saya alami.

Ya begitulah, tiba-tiba saya ada di Yogya. Pergi main ini karena permintaan teman sekantor yang rindu Yogya, mau cari angin segar (padahal puanaas), coba-coba makanan baru (seringkali makan di tempat lama atau karena kemalaman jadinya malah back to nature: McD), dan jalan-jalan (kenyataannya tidak ada jalan kaki karena naik kendaraan terus). Tapi setiap kedatangan ke sebuah tempat walau bukan untuk yang pertama kalinya pasti menghadirkan sesuatu yang spesial. Jadi di malam terakhir disana, ombak haru sentimentil menerjang saya. Seperti biasa, malam berangin, butuh yang hangat, oke~ waktunya jajan wedang! Saat duduk menanti wedang diracik, ada pemandangan yang membuat dada saya membuncah. Reflek saya bangun dari kursi plastik milik penjual wedang untuk melihat lebih dekat dan mengambil gambar.

Becak penuh ro-man-ti-ka!

I want to love you simply - Sapardi Djoko Damono.

Oh oh siapa yang tidak kenal puisi Aku Ingin milik Sapardi Djoko Damono?! Setidaknya merasa akrab saat mendengar kalimat tadi. Versi alih bahasa di becak itu memang kalimat pertama puisi yang aslinya dalam Bahasa Indonesia: aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Ih~ supir becaknya super gaul pakai versi boso inggris! Angkat topi untuk beliau yang begitu artistik! Sayang supir becaknya sedang tidak di tempat saat itu jadi becaknya saya foto sendirian.

Saya pikir-pikir (sambil menyeruput wedang), penggalan puisi itu memang cocok untuk suasana di Yogya. Juga suasana hati saya. Kesederhanaan selalu membuat saya rindu. Baik itu teman, tempat, ataupun suasana. Well, wise man said simplicity is the key to happiness. Saya setuju :)

No comments: